TIMES SALATIGA – Inilah salah satu kampung tematik baru yang ada di Kota Probolinggo. Berlokasi di Jalan Cokro Aminoto, Gang I, RW 11, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, kampung ini adalah Kampung Catur.
Kampung tematik ini digagas Ketua RW 11, Rohima Rohim. Hanya dalam waktu sekitar 10 hari, kampung ini berhasil menjelma menjadi pusat aktivitas permainan catur.
Bukan tanpa alasan. Masyarakat di wilayah ini, dari anak muda, dewasa, hingga orang tua, memang gemar bermain catur. Bahkan, dari kampung ini lahir atlet-atlet catur yang telah mengharumkan nama Kota Probolinggo, baik di level Nasional maupun Asia.
Tak sekadar ide, Kampung Catur berhasil terwujud lewat swadaya dan semangat gotong royong warga. Gagasan Rohima ternyata mampu membangkitkan antusiasme masyarakat untuk ikut berkontribusi menciptakan kampung tematik berbasis olahraga pikir tersebut.
Rohima menceritakan, ide menjadikan kampungnya sebagai Kampung Catur muncul dari keresahannya terhadap kebiasaan anak-anak di lingkungannya yang terlalu sering bermain gawai.
Suasana Kampung Catur, Kelurahan Kebonsari Kulo, Kota Probolinggo saat di gelar Kampung Catur Cup. (Foto: Sri Hartini / TIMES Indonesia
“Awalnya saya resah. Saya lihat anak-anak selalu asyik bermain dengan HP-nya, bahkan sampai malam hari,” cerita Rohima.
Dari situ, Rohima mulai mencari tahu jenis permainan yang bisa mengubah kebiasaan anak-anak tersebut. Setelah melakukan pengamatan, Rohima berdiskusi dengan salah satu warga yang putrinya merupakan atlet catur. Dari sinilah inspirasi Kampung Catur lahir.
Rohima mengaku, ide untuk membentuk Kampung Catur muncul setelah ia bertemu dengan salah satu warganya yang putrinya merupakan atlet catur. Dari pertemuan itu, ia terinspirasi untuk memberdayakan warga melalui kegiatan bermain catur.
“Pelatihnya kan sudah ada. Peralatan sudah ada, tinggal membuat pos-pos untuk bermain catur,” lanjutnya.
Ia kemudian menyambangi rumah-rumah warga satu per satu, meminta kesediaan mereka menjadikan teras rumah sebagai pos bermain catur. Respons warga sangat positif. Banyak yang rela menyediakan terasnya demi mendukung kegiatan ini.
Hasilnya, dalam 10 hari sejak gagasan ini dijalankan, pos-pos catur mulai dipadati anak-anak yang antusias bermain. “Alhamdulillah, sampai saat ini anak-anak sudah menurun penggunaan gadget-nya, jadi mereka asyik bermain catur,” ungkap Rohima.
Dukungan juga datang dari Lurah Kebonsari Kulon, Ikrom Widya Utama. Ia menjelaskan, ide kampung tematik ini berawal dari program taman tematik yang dicanangkan Pemkot Probolinggo.
“Ya, atas inisiatif dari RW 11 ini untuk membuat Kampung Catur, ya, saya dukung. Walaupun sebelumnya saya mengajukan banyak pertanyaan, seperti pelaku dan dukungan masyarakat sekitar,” jelas Ikrom.
Puncaknya, digelar turnamen Kampung Catur Cup yang didukung penuh oleh KONI Kota Probolinggo melalui Cabor Catur, yakni Percasi.
Turnamen yang digelar Minggu (4/5/2025) ini diikuti warga sekitar dan atlet-atlet Percasi Kota Probolinggo. Sebanyak 90 peserta tanpa batasan usia meramaikan kompetisi yang berlangsung di RW 11 tersebut.
Sementara itu, Ketua PKK Kota Probolinggo, dr. Evariani, turut hadir membuka acara. Ia menekankan bahwa anak-anak adalah aset masa depan, dan permainan catur dapat membantu meningkatkan kecerdasan mereka.
“Tingkat kecerdasan berpikir anak-anak yang menyukai olahraga catur ini tentu di atas rata-rata, dan ini bisa mengurangi anak dari kecanduan gadget,” terang Eva. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Saat Catur Gantikan Gawai: Inspirasi dari Kampung Tematik Baru di Kota Probolinggo
Pewarta | : Sri Hartini |
Editor | : Ronny Wicaksono |