TIMES SALATIGA, JAKARTA – Amerika Serikat, Inggris dan lainnya boleh melarang, tapi Iran memiliki pertimbangan tersendiri dan tampaknya tak bisa dibendung, dan pasti akan melakukan pembalasan atas serangan Israel.
Komandan Korps Garda Revolusi Islam, Mayor Jenderal Hossein Salami memperingatkan Israel, bahwa mereka akan menerima respons yang sangat besar atas tindakan agresi terbarunya terhadap Iran yang tidak bisa mereka bayangkan.
Merujuk serangan Israel terhadap Iran, Hossein Salami mengatakan, bahwa Israel salah, karena mengira mereka bisa mengubah sejarah dengan meluncurkan sejumlah rudal.
Saat berbicara pada acara budaya di provinsi Fars, Iran selatan, ia mengingatkan kembali kepada rezim Israel tentang operasi balasan Janji Sejati II yang dilakukan Iran pada tanggal 1 Oktober lalu.
Ia menegaskan bahwa Zionis tentu tidak melupakan bagaimana rudal Iran melesat di langit Israel, sementara sistem pertahanan udara Israel gagal untuk membendungnya.
Hossein Salami memperingatkan Israel bahwa mereka akan menerima “respons yang tak terbayangkan” atas tindakan agresinya terhadap Iran.
Pangkalan Pertahanan Udara Iran juga mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, bahwa pertahanan udara negara itu berhasil menghadapi serangan Israel.
"Pertahanan udara Iran mencegat dan berhasil menghadapi tindakan agresi,$ katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa kerusakan terbatas terjadi di beberapa lokasi, yang dimensinya sedang diselidiki.
Angkatan Darat Iran mengatakan empat prajuritnya meninggal dunia dalam serangan itu.
Komandan Korps Garda Revolusi Islam, Mayor Jenderal Hossein Salami. (FOTO: Mehr News Agency)
Pertahanan Laser
Sementara itu Israel saat ini sedang dalam siaga tinggi untuk menghadapi pembalasan dari Iran.
Israel berharap sistem pertahanan laser “Iron Beam” miliknya bisa beroperasi dalam waktu satu tahun, dan mengatakan bahwa sistem ini akan membawa “ era peperangan baru ” karena terlibat dalam perang drone dan rudal dengan Iran dan mitra regionalnya.
Negara Yahudi itu menghabiskan lebih dari $500 juta untuk kesepakatan minggu ini dengan pengembang Israel Rafael Advanced Defense Systems, arsitek Iron Dome Israel dan Elbit Systems untuk memperluas produksi perisai tersebut.
"Dijuluki Iron Beam, perisai tersebut bertujuan untuk menggunakan laser berkekuatan tinggi untuk melawan serangkaian proyektil, termasuk rudal, pesawat nirawak, roket, dan mortir," kata kementerian pertahanan Israel minggu ini.
"Ini menandai dimulainya era baru dalam peperangan," kata Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Eyal Zamir dalam sebuah pernyataan minggu ini.
"Kemampuan awal sistem laser berbasis darat ... diharapkan bisa beroperasi dalam waktu satu tahun," katanya.
Israel pertama kali mengungkap prototipe Iron Beam pada tahun 2021 dan sejak itu terus berupaya untuk mengoperasikannya.
Komentar kementerian pertahanan itu muncul saat Israel terus melanjutkan perang di Gaza dan Lebanon, dan setelah militernya terlibat dua kali dalam serangan rudal langsung dengan Iran.
Sejak Israel memulai perangnya melawan Hamas di Gaza tahun lalu, menyusul serangan 7 Oktober, Israel juga telah berperang dengan "Poros Perlawanan" yang didukung Iran di Lebanon, Yaman, Suriah, dan Irak.
"Iran dan mitranya itu berusaha mengalahkan Iron Dome Israel dengan melemparkan berbagai proyektil, mulai dari roket dan pesawat nirawak hingga mortir dan rudal balistik," kata para ahli sebelumnya.
Dari Lebanon selatan, tempat Israel kini melancarkan perang darat, roket-roket Hizbullah telah mencapai jauh ke dalam wilayah Israel.
Awal bulan ini, rumah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di tepi pantai di kota pesisir Caesarea juga rusak dalam serangan pesawat nirawak yang diklaim oleh kelompok Syiah Lebanon.
Salah satu dari tiga pesawat nirawak yang diluncurkan berhasil menghindari sistem pertahanan udara Israel.
Para ahli mengatakan Iron Beam bisa menjadi lapisan pertahanan tambahan bagi Israel, baik dari segi efektivitas maupun biaya.
Sistem ini menggunakan laser berdaya tinggi yang ditempatkan di darat. Dengan jangkauan ratusan meter hingga beberapa kilometer, laser ini bisa memanaskan peluru target di area yang rentan, termasuk mesin atau hulu ledaknya, hingga proyektil tersebut meledak dan hancur.
Hal ini berbeda dengan cara tradisional Israel dalam menghancurkan rudal dan roket, dimana radar digunakan untuk mengidentifikasi ancaman yang datang dan kemudian rudal pencegat ditembakkan untuk menghancurkan proyektil di udara.
"Dibandingkan dengan Iron Dome, perisai laser akan lebih murah, lebih cepat dan lebih efektif," kata para ahli.
Menurut para ahli, setiap rudal pencegat Iron Dome diperkirakan menelan biaya sekitar $50.000, bahkan mungkin lebih. Israel menembakkan dua rudal per pencegatan, kata Yehoshua Kalisky, peneliti senior di Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, kepada CNN.
Israel telah mencegat proyektil hampir setiap hari sejak perang dengan tetangganya di utara dimulai. Pada hari Selasa, sekitar 50 proyektil melintas dari Lebanon selatan ke wilayah Israel, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF), seraya menambahkan bahwa beberapa di antaranya berhasil dicegat dan yang lainnya tidak.
Rafael Advanced Defense Systems, yang membantu memproduksi Iron Beam, mengatakan bahwa sistem pertahanan laser memiliki " biaya hampir nol per intersepsi ."
Pada tahun 2022, mantan Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan setiap intersepsi berbasis laser diperkirakan hanya menelan biaya $2.
"Ekonomi jelas menjadi poin penting," kata Sascha Bruchmann, peneliti tamu untuk analisis pertahanan dan militer di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berpusat di London, kepada CNN. "Anda tidak akan merusak anggaran pertahanan," tambahnya.
Para ahli mengatakan, sistem laser akan paling efektif melawan pesawat tak berawak, yang berulang kali gagal dicegat oleh Iron Dome Israel.
Meskipun Iron Dome Israel memang mencegat dan menghancurkan sebagian besar proyektil, sistem ini terutama dirancang untuk melawan roket dan rudal, bukan pesawat nirawak.
Kendaraan udara nirawak (UAV) berukuran kecil, ringan, dan memiliki jejak radar yang rendah, yang berarti sistem radar Israel tidak akan selalu mendeteksinya seperti halnya mendeteksi rudal, yang lebih besar, kata para ahli.
Pesawat nirawak juga tidak selalu memiliki tujuan yang pasti dan dapat berubah arah di tengah perjalanan.
Pemerintah lain yang sedang bereksperimen dengan berbagai jenis sistem pertahanan laser antara lin Angkatan Laut AS, China, Rusia dan Iran sendiri. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Iran Tidak Bisa Dibendung, Israel Pasti Akan Dibalas
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |